Bolongopi – Hari ini anak saya resmi berusia satu tahun. Saya dan istri berencana membuat perayaan kecil-kecilan. Kami ingin membuat momentum dibuat bertiga, dimana hanya ada kue kecil dan ornament khas yang apik jika diabadikan di kamera.
Karena lingkunganku berada di desa, tidak banyak yang mengenal perayaan ini, namun kebanyakan dari mereka mempunyai tradisi sendiri yakni pendak an (itungan jawa). Namun, perayaan tersebut tidak serta merta disambut baik. Saya yang merupakan bapak-bapak muda di desa, mendapatkan omongan yang menyebalkan saat ada anak seumuran anakku dirayakan besar-besaran di hari ulang tahunnya.
“Pantesan dirayakan besar-besaran, kan bapaknya pegawai kementerian dari kota. Dia mau merayakan ulang tahun anaknya selepas tugas di Bali luh”, ujar seorang berkabar.
Ya, jika dibandingkan dengan saya yang hanya penulis di bolongopi.com ini tentunya bukan lawan sebanding dengan pegawai kementerian. Sisa rekeningku hanya sanggup membeli kue tar yang harganya cuma Rp 50 ribu. Ini membuat ukuran tempat duduk jadi sedikit merendah.
Meski omongan tersebut tidak langsung ditunjukan ke saya. Namun hal tersebut membuat kepala berpikir untuk melawan atau misuhi pembawa kabar. wkwkwkw
Momen Bahagia untuk anak malah dijadikan bahan adu pencapaian. Saya berpikir tradisi ini hanya dibuat sebagai pajak diri, yakni jika tidak dilakukan akan kena denda cibiran tetangga. Karena hal tersebut saya kira tidak baik, momen merayakan Bersama keluar kecil adalah pilihan.
Discussion about this post