Arief Prasetyo Adi Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) memprediksi harga beras akan kembali mengalami kenaikan, sejalan dengan menurunnya produksi beras tahun ini. Kenaikan harga beras, jelas Arief, karena produksi gabah yang rendah di bawah kebutuhan, sehingga menimbulkan perebutan gabah di tingkat penggilingan padi, dan hal itu tentunya memicu kenaikan harga beras di tingkat konsumen.
“Pada saat semester II produksi pasti di bawah, sehingga akan ada perebutan gabah. Itu memicu harga (beras) akan naik di setiap akhir tahun, malah tahun ini dalam 2-3 bulan ke depan akan diprediksi naik,” kata Arief dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (10/6/2024).
Arief pun memprediksi, peran Perum Bulog dalam menjaga ketersediaan stok dan stabilisasi harga masih akan dominan sampai akhir tahun ini, atau bahkan awal tahun depan.
“Prediksi saya memang Bulog ini akan berperan lebih banyak lagi, untuk stabilisasi, menjaga stok, ketersediaan. Bulog itu perannya akan sangat dominan nanti sampai dengan akhir tahun atau awal tahun depan,” ujarnya.
Adapun alasan produksi beras belum bisa digenjot, katanya, karena terjadinya climate change yang melanda dunia. Di mana kata dia, climate change tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di Vietnam yang merupakan negara penghasil beras terbesar pun mengalami hal serupa.
“Vietnam juga yang biasanya punya stok lebih itu 5 juta ton, kemarin stoknya Pak Mentan (Menteri Pertanian) bilang hanya 300-400 ribu ton lebihnya. Artinya, kejadian ini bukan hanya di Indonesia,” kata Arief.
“Indonesia kebutuhannya itu sekitar 30,5-31 juta ton (setahun), selisih hanya 500 ribu ton, (sedangkan) sebulan kita perlu 2,5 juta ton. Kalau Vietnam kebutuhannya 21 juta ton, produksinya 26-27 juta ton, masih ada gap 5-6 juta ton,” sambungnya.
Sementara itu menurut hitungannya ada potensi Indonesia kekurangan produksi beras hingga 5 juta ton tahun ini. Meski demikian, ia masih belum bisa memastikan kekurangan tersebut apakah akan ditutup dengan pengadaan luar negeri atau tidak.
“Ini potensi kekurangan (produksi tahun ini) kurang lebih 5 juta ton. (Tapi masih belum tahu apakah bakal ditambah impor), karena sekarang saja dari kuota 3,6 juta ton kita masih pelan-pelan, (sekarang) baru 2 juta ton. Kita usahakan dalam negeri, karena sayang kita ambil dari luar negeri, kalau 3 juta ton saja itu sudah Rp 30 triliun,” tuturnya.
Arief menjelaskan, pengadaan beras dari luar negeri sebetulnya membutuhkan upaya yang lebih besar dan tidak mudah, dibandingkan dengan pengadaan dari dalam negeri. Sebab, katanya, untuk mencari barangnya sendiri sudah sulit, ditambah dengan kondisi nilai tukar Rupiah yang melemah terhadap dolar AS.
“Kita ambil dari luar (luar negeri) effort nya nggak mudah, (dari mulai) nyari barang, (ditambah) currency rate yang sudah Rp16.200-Rp16.300 (per dolar AS). Sayang itu, mendingan di Indonesia apapun caranya ya, termasuk ketersediaan air, pupuk, benih, sampai dengan penambahan luas lahan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Arief mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan perintah kepada pihaknya untuk tidak boleh menyalahkan alam, namun bagaimanapun caranya cadangan pangan pemerintah tetap harus ada.
“Sehingga CPP hari ini sudah 1,7 juta ton,” pungkasnya.
Sebelumnya, Bapanas telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah dan Beras melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 4 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Perbadan 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.
Rincian HPP adalah:
- Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.000 per kilogram (kg) (dari sebelumnya Rp5.000 per kg) dengan kualitas kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen.
- Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp 6.100 per kg (dari sebelumnya Rp5.100 per kg) dengan kualitas kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen.
- Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan sebesar Rp 7.300 per kg (dari sebelumnya Rp6.200 per kg) dengan kualitas kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa maksimal 3 persen.
- Gabah Kering Giling (GKG) di gudang Bulog sebesar Rp 7.400 per kg (dari sebelumnya Rp6.300 per kg) dengan kualitas kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa maksimal 3 persen.
- Beras di gudang Bulog sebesar Rp 11.000 per kg (dari sebelumnya Rp9.950 per kg) dengan kualitas derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air maksimal 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, dan butir menir maksimal 2 persen.
Selain itu, Bapanas juga resmi menetapkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium dan premium. Melalui Perbadan Nomor 5 tahun 2024 tentang Perubahan atas Perbadan Nomor 7 tahun 2023 tentang HET Beras, harga beras medium, dan beras premium diatur berdasarkan wilayah.
Adapun di dalam Perbadan ini, Pemerintah mengatur HET beras berdasarkan wilayah. Untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan, HET beras medium Rp 12.500 per kilogram (kg) (dari sebelumnya Rp10.900/kg) dan HET beras premium Rp 14.900 per kg (dari sebelumnya Rp13.900/kg). Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung, HET beras medium Rp 13.100 per kg (dari sebelumnya Rp11.500/kg) dan HET beras premium Rp 15.400 per kg (dari sebelumnya Rp14.400/kg).
Untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat, HET beras medium Rp 12.500 per kg (dari sebelumnya Rp10.900/kg) dan HET beras premium Rp 14.900 per kg (dari sebelumnya Rp13.900/kg). Wilayah Nusa Tenggara Timur, HET beras medium Rp 13.100 per kg (dari sebelumnya Rp11.500/kg) dan HET beras premium Rp 15.400 per kg (dari sebelumnya Rp14.400/kg). Untuk wilayah Sulawesi, HET beras medium Rp 12.500 per kg (dari sebelumnya Rp10.900/kg) dan HET beras premium Rp 14.900 per kg (dari sebelumnya Rp13.900/kg).
Selanjutnya wilayah Kalimantan, HET beras medium Rp 13.100 per kg (dari sebelumnya Rp11.500/kg) dan HET beras premium Rp 15.400 per kg (dari sebelumnya Rp14.400/kg). Wilayah Maluku, HET beras medium Rp 13.500 per kg (dari sebelumnya Rp11.800/kg) dan HET beras premium Rp 15.800 per kg (dari sebelumnya Rp14.800/kg) dan yang terakhir wilayah Papua, HET beras medium Rp 13.500 per kg (dari sebelumnya Rp11.800/kg) dan HET beras premium Rp15.800 per kg (dari sebelumnya Rp14.800/kg).
Discussion about this post