Santer diberitakan ransomeware menyerang Pusat Data Nasional Sementara (PDNS). Serangan yang berlangsung sejak Kamis (20/6) tersebut menyebabkan tak kurang 210 instansi pusat dan daerah terdampak. Dampak tersebut jelas terlihat pada layanan keimigrasian di seluruh bandara di Indonesia lumpuh seketika untuk beberapa waktu. Antrean mengular di sejumlah bandara, khususnya di titik pemeriksaan paspor.
Sontak para ahli dan pengamat banyak berkomentar tentang hal tersebut. Banyak spekulasi yang dikonsumsi publik, mulai dari bahaya penyelahgunaan data, waspada kebocoran data bank dan beragam modus kejahatan digital lainnya.
Keresahan itu tidak dialami oleh lek slamet bakol/penjual pentol depan TPQ. Ia terlihat sangat santai menyoal ransomware. Dengan gayanya yang njelimet baca berita, ia nyekrol satu demi satu kalimat dalam artikel. Lantas ia bergumam ke teman sebelahnya yang penjual telor gulung.
“Wong-wong gedhe ribete to, barang ra keton ae dicolong bingung, mblegedes tenan”, ujar Slamet.
Sembari ngaduk-ngaduk dagangan, tukang telur gulung merespon, “Lha pie met, datamu nek digawe pinjol piye? sido mbayar tok ra melu mangan,”
“Seng tukang nyolong opo yo ra pinter? BRI ae ra percoyo karo awakdewe”, jawab slamet.
Tukang telur gulung pun senyam senyum tak merespon balik. Ia berpikir apa yang dijawab slamet masuk akal. Ia lantas mengosreng telur gulungnya untuk dijajakan ke anak TPQ pelanggannya.
Slamet adalah perwakilan rata-rata masyarakat kecil yang tidak merasa resah atas terjadinya kasus ransomware. Ia hidup sederhana dengan tingkah sewajarnya. Slamet bekerja halal tanpa pengaruh pinjol dan judol, kesehariannya hanya berjualan dan momong anaknya pas istrinya lagi nyiapin bahan pentol untuk ia dagangkan.
Simak artikel pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita BoloNgopi.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VacXtLP5kg77pPHmFF2t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Discussion about this post