Putra sang Hyang Purwacandra bernama Batara Danendra turun dari Suralaya untuk mendirikan istana baru di Medang Kamulan. Ia menjadi raja baru dengan gelar Prabu Daneswara. Pengikutnya adalah manusia, raksasa, binatang hutan, burung dan ular.
Sang patih kepercayaannya yang menguasai seluruh raksasa bernama Citradana. Dia mempunyai lima manggala perang, yaitu Margana, pimpinan manusia; Waksa, pimpinan raksasa; Barigu, pimpinan binatang hutan; Urna, pimpinan burung; dan Wiswana, pimpinan kawanan ular.
Selesai membangun istana, ia kemudian meluaskan tanah jajahannya hingga hampir menyentuh negeri Gajah Oya.
Bersamaan dengan masa jita, di negeri Gajah Oya, Prabu Astimurti mendengar kabar bahwa Prabu Daneswara dari Medangkamulan telah melakukan perluasan wilayah jajahan yang hampir merengguh daerah kekuasaannya.
Itu sebabnya, Prabu Astimurti segera menyiapkan bala tentara. Setelah persiapan matang, Prabu Astimurti beserta pasukannya melancarkan serbuan ke kerajaan Medangkamulan.
Perang dahsyat pun tak terelakkan. Namun akhirnya Prabu Astimurti dan seluruh prajurit Gajah Oya kewalahan dan kocar-kacir. Prabu Daneswara lalu menaklukan kerajaan Gajah Oya, dan tamatlah masa 18 tahun kekuasaan Prabu Astimurti.
Sementara itu, Raden Basunanda, sebagai keturunan Prabu Astimurti, dan puta-putranya mengungsi ke Wirata.
Discussion about this post