Bolongopi – Kondisi demografi Indonesia diprediksi akan didominasi usia produktif (15-46 tahun) hingga 70% pada usia satu abad. Sebanyak 9,9 juta Gen Z di Tanah Air yang berusia 15-24 tahun yang semestinya sedang berada di masa produktif justru berada di golongan not in education, employment, and training (NEET).
Para Gen Z masuk dalam kategori NEET antara lain karena alasan putus asa, disabilitas, kurangnya akses transportasi dan pendidikan, keterbatasan finansial, dan kewajiban rumah tangga.
Menyoroti hal tersebut, pengamat sosial Abdurrahman Hamas Nahdly mengungkapkan bahwa kualitas Pendidikan Indonesia masih memiliki mindset yang hanya melihat kesempatan kerja saja dan dipersiapkan untuk menjadi generasi pekerja, namun tidak diimbangi dengan perkembangan dunia industri di Indonesia. Hal tersebut menurut Hamas, terjadi banyaknya jumlah tenaga kerja dibandingkan munculnya usaha baru di Indonesia.
“Saya melihat Pendidikan kita mindset nya adalah bagaimana peserta didik itu diajarkan untuk melihat kesempatan kerja namun satu sisi hal ini tidak diimbangi dengan perkembangan dunia industri yang ada di Indonesia, tidak banyak jumlah usaha-usaha baru dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang siap muncul di negara kita. Jadi supply and demand gapnya mulai terasa” ujar Hamas kepada bolongopi.com pada Sabtu, (18/5).
Pria yang fokus studinya di ilmu kesejahteraan sosial UGM dan UI ini juga menyebutkan, alas an mentality menjadi faktor Gen Z tidak produktif. Mental kesadaran semangat juang tidak terbangun kuat serta adanya distraction digital juga memiliki peran dalam ketidak produtifan Gen Z.
“Mentality kita tidak dibangun, masyarakat kita tidak dibangun cukup kuat, Pendidikan kita tidak cukup untuk membangun mental-mental kesadaran semangat juang. Ada juga distraction digital yang akhirnya mereka (Gen Z) sibuk dengan aktivitas digital yang tidak produktif,” ungkap Hamas.
Selain itu, Hamas menambahkan akan minimnya inkubasi yang menghasilkan inovasi baru baik dari sektor usaha, teknologi dll terutama pada masyarakat di pedesaan.
“Ini yang menjadikan anak muda kita (Gen Z) tidak berani dan tidak tau bagaimana melahirkan industri baru dan usaha baru”, tambah Hamas.
Discussion about this post