Bayangkan, pagi yang cerah dengan secangkir kopi di meja, seharusnya jadi awal yang sempurna untuk memulai hari. Tapi, tiba-tiba notifikasi email berbunyi, dan yang muncul adalah subject email bertuliskan: “Revisi lagi ya, Gan!“. Pada momen itu, perasaan kita bagaikan roller coaster yang meluncur tajam ke bawah tanpa rem.
Kalau boleh jujur, kadang permintaan revisi dari klien itu bisa lebih rumit dari alur cerita sinetron. Mulai dari perubahan warna yang dianggap “kurang vibrant”, font yang “nggak kerasa vibe-nya”, hingga permintaan efek video yang mirip dengan blockbuster Hollywood padahal budget cuma setengah piring nasi padang.
Siang itu, seorang desainer grafis bernama Anto menerima revisi ke-15 untuk sebuah logo yang dipesan oleh salah satu klien. Seperti biasa, permintaan revisinya aneh-aneh: “Mas, warna birunya diganti dong, tapi jangan terlalu biru, agak kehijauan tapi bukan hijau, ngerti kan maksud saya?”. Anto hanya bisa tersenyum kecut sambil berbisik dalam hati, “Ya Tuhan, kalau warna itu ada, mungkin namanya warna ajaib.”
Lain cerita dengan Tika, seorang editor video yang tengah bekerja keras untuk menyelesaikan proyek video pernikahan. Kliennya ingin video yang “simple tapi elegan”, “berkelas tapi nggak norak”, dan yang paling ajaib, “glamor tapi tetap sederhana”. Akhirnya, setelah revisi ke-10, klien berkata, “Mbak, bisa nggak videonya di-revisi lagi, biar aura bahagianya lebih kerasa? Soalnya tadi kata Mamah, auranya masih kurang.” Tika hanya bisa menghela nafas panjang sambil mengedit lagi video itu dengan latar musik Lingser Wengi yang katanya bisa mengundang aura bahagia.
Setelah revisi yang bertubi-tubi, tibalah saatnya proyek selesai. Anto dan Tika pun merasa seperti baru saja memenangkan medali emas di olimpiade. Rasa lega yang mereka rasakan lebih besar daripada saat melihat diskon 90% di marketplace online.
Tapi, meski revisi sering kali bikin kita merasa berada di ujung tanduk, ada kepuasan tersendiri saat akhirnya klien tersenyum puas dan mengucapkan terima kasih. Sensasi ini ibarat menemukan tempat duduk kosong di kereta yang penuh sesak, atau mendapatkan bonus topping sosis ekstra di bakso kesayangan.
Nikmatnya kerja freelance memang datang dengan revisi bertubi-tubi, tapi di balik semua itu, ada cerita-cerita lucu dan menggemaskan yang membuat kita semakin tangguh dan kreatif. Jadi, buat kamu yang masih berjuang di dunia freelance desain grafis dan editing video, tetap semangat ya! Toh, di balik setiap revisi, ada pembelajaran dan pengalaman berharga yang nggak bisa kita dapatkan di tempat lain.
Discussion about this post