Sebagai rakyat yang setia, tentu kita patut bertanya: mengapa pejabat negara sering kali diisi oleh orang yang tidak kompeten? Jawabannya sederhana, meskipun terdengar tidak masuk akal: karena kompetensi adalah musuh terbesar stabilitas politik.
Mari kita telaah lebih dalam. Pejabat kompeten sering kali memiliki ide-ide cemerlang, penuh inovasi, dan yang paling parah: mereka cenderung berpikir untuk kepentingan rakyat. Nah, di mana letak bahayanya? Bayangkan jika setiap pejabat bekerja efektif, efisien, dan jujur, apa yang akan terjadi dengan rutinitas rapat panjang yang tak berujung? Bagaimana nasib anggaran pengadaan fasilitas “penunjang kinerja” jika semua masalah bisa diselesaikan dengan satu rapat? Sungguh ancaman serius bagi kesejahteraan para pengisi kursi empuk di atas!
Selain itu, pejabat tidak kompeten adalah bumbu utama demokrasi kita. Mereka menciptakan drama yang tak kalah seru dengan telenovela. Lihat saja, rakyat jadi punya tontonan menarik setiap hari di media: keputusan-keputusan aneh, proyek mangkrak, dan solusi-solusi yang absurd. Siapa yang butuh hiburan komedi di TV jika kita bisa menonton kisah-kisah ini secara gratis di dunia nyata?
Jangan lupakan pula bahwa pejabat tak kompeten sangat ahli dalam satu hal: penundaan. Mereka memastikan segala urusan berjalan lambat, dengan prinsip “yang penting proses, hasil bisa nanti.” Tanpa mereka, birokrasi akan berjalan terlalu lancar, dan di mana kesenangan mengurus izin jika semua bisa diselesaikan dengan satu tanda tangan?
Jadi, mari kita syukuri keberadaan mereka. Pejabat kompeten mungkin bisa membuat negara lebih baik, tapi pejabat tidak kompeten memastikan kita tidak pernah bosan. Bukankah hidup tanpa tantangan itu membosankan?
Discussion about this post