Ngomong-ngomong soal karier, ada nggak di antara kalian yang pernah mikir, “Ah, mending jadi freelancer aja, bebas, nggak ada bos galak, kerja di mana aja bisa”? Well, well, well… Jadi freelancer itu memang keren dan kekinian banget. Tapi, mbok ya jangan salah kaprah dulu. Nyatanya, memilih karier sebagai freelancer itu tidak semudah yang dibayangkan, Ferguzo!
Kebebasan yang Menjebak
Memang, jadi freelancer itu terkesan bebas, bisa kerja sambil selonjoran di kasur, pakai piyama, sambil ngemil keripik singkong. Tapi, Sobat, tahu nggak kalau kebebasan itu kadang-kadang malah menjebak? Contohnya nih, pagi-pagi bangun tidur, niat hati pengen langsung ngerjain proyek, tapi malah keasyikan scroll tik-tok. Akhirnya, tenggat waktu makin mepet, sementara episode drama makin bikin penasaran.
Manajemen Waktu ala Freelancer
Kalau kerja di kantor, kan ada jadwal kerja yang jelas, dari jam segini sampai jam segitu. Nah, kalau jadi freelancer, semua manajemen waktu ada di tanganmu sendiri, Ferguzo. Belum lagi kalau kliennya tiba-tiba WhatsApp jam dua pagi, “Mas/Mbak, revisi udah bisa dikirim sekarang, ya?” Wah, kebayang kan gimana remuknya mata yang udah ngantuk berat?
Income yang Nggak Stabil
Satu lagi nih, soal penghasilan. Kalau jadi pegawai kantoran, tiap bulan udah pasti ada gaji yang masuk ke rekening, meskipun kadang cuma numpang lewat. Tapi kalau jadi freelancer, bulan ini mungkin bisa dapet proyek gede dan dapet duit banyak, tapi bulan depan? Bisa jadi proyek sepi, orderan nggak ada. Yang ada, kamu cuma bisa ngelus dada dan ngelirik dompet yang mulai menipis.
Skill Multitasking Wajib Punya
Selain itu, jadi freelancer itu harus jago multitasking, lho. Misalnya, kamu lagi sibuk ngerjain desain logo, terus tiba-tiba ada email masuk yang harus segera dibalas. Belum lagi kalau di rumah ada gangguan, kayak kucing tiba-tiba naik ke meja kerja dan tidur di keyboard. Bayangkan, lagi serius kerja, tiba-tiba keyboard nggak bisa dipake gara-gara keteken badannya si mbul (kucing kesayangan).
Mencari Klien Itu Perjuangan
Mencari klien juga bukan perkara mudah, Ferguzo. Kadang harus mau bersusah payah nge-apply job di berbagai platform freelance, dari yang lokal sampai yang internasional. Dan, jangan kaget kalau udah apply ratusan job tapi yang dapet cuma satu dua. Mending kalau kliennya baik dan ngerti, lha kalau dapet klien yang cerewet? Haduuhhh, bisa pusing tujuh keliling.
Menghadapi Revisi Tanpa Batas
Nah, ini nih yang paling horor, revisi tanpa batas. Kadang ada klien yang nggak puas-puas, minta revisi terus-terusan. “Mas, logonya kurang besar, ya. Oke, udah besar. Eh, warnanya kurang cerah, tambahin ya. Eh, coba ganti font-nya deh, kayaknya kurang cocok.” Lah, kalau kayak gitu terus, kapan selesainya?
Jadi, memilih karier sebagai freelancer memang nggak semudah yang dibayangkan, Ferguzo. Tapi, di balik semua tantangan itu, ada kepuasan tersendiri ketika berhasil menyelesaikan proyek dengan baik, mendapatkan klien yang puas, dan tentu saja, kebebasan yang sesungguhnya. Buat kalian yang pengen jadi freelancer, siap-siap mental dan fisik, ya. Jangan lupa, semangat dan tekun itu kuncinya.
Discussion about this post