Menurut saya, masalah yang baru-baru ini dibicarakan warga net soal kunjungan pemuda ke Israel bisa menjadi pembelajaran bagi kita. Jangan-jangan kita memiliki gengsi yang tinggi. Kita terlalu mendewa-dewakan bahwa kalau sudah ke luar negeri itu sudah pasti wah. Kita memiliki pandangan bahwa luar negeri itu sudah pasti lebih bagus.
Kunjungan tersebut jadi salah satu tanda bahwa gengsi luar negeri ini memang ada. Biar kiprahnya terlihat go internasional, program seperti ini diberi ruang begitu saja tanpa ditinjau secara mendalam. Padahal, seharusnya, kunjungan lintas negara seperti ini ada regulasi yang jelas dan sangat ketat.
Kunjungan ke luar negeri itu bagus, tapi…
Kunjungan ke luar negeri memang bagus untuk pemuda dalam rangka menambahkan tulisan di CV. Melalui hal tersebut, pemuda juga berkesempatan menerapkan pengetahuan yang didapatkannya. Selain itu, kunjungan ke luar negeri bisa menjadi sarana menambah relasi.
Itu semua idealnya ya. Kenyataannya masih jauh dari kata ideal. Hal ini terutama ketika tidak ada monitoring yang ketat. Misalnya tentang besaran uang saku atau pekerjaan yang dilakukan. Bayangkan saja ekspektasinya tambah skill dan pengalaman eh ternyata pas kunjungan malah ngahngoh, membuat kopi, dan malah dapat hujatan warga net karena gak paham geopolitik saat ini.
Pemuda perlu lebih selektif
Selain itu, permasalahan kunjungan ke luar negeri juga ada pada pemudanya sendiri. Orientasi kadang salah arah. Hal ini terjadi pada mereka yang ikut cuma agar bisa nambah slot pengalaman di CV. Kalau nggak untuk memenuhi CV, banyak yang ikut hanya demi mendapat sertifikat.
Pemilihan program kunjungan memang harus selektif. Diperlukan pemahaman mendalam mengenai kebutuhan, dunia industri, perencanaan yang relevan, juga regulasi dan monitoring yang ketat pada pelaksanaannya.
Discussion about this post