Menilisik dari masa ke masa, kampanye beli produk lokal banyak digaungkan. Namun daya saing masuknya produk asing yang memiliki kualitas lebih baik dan murah menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Lantas, sejauh mana pemerintah ambil peran dalam hal ini? Berikut kebijakan presiden dalam mengkampanyekan produk dalam negeri.
Era Soekarno
Presiden pertama Republik Indonesia Ir. Sukarno sudah menggaungkan soal kemandirian bangsa dalam hal kreasi produk dan kecintaan terhadap barang buatan lokal. Sukarno pernah melontarkan kata Berdikari pada sekitar 1950-an.
Berdikari artinya berdiri di atas kaki sendiri. Akronim itu disampaikan supaya bangsa Indonesia bangkit setelah meraih kemerdekaan dengan cara membuat dan menggunakan barang-barang buatan dalam negeri.
Menurut Sukarno, jika bangsa Indonesia punya ketergantungan terhadap barang impor dan tidak berdaya dalam membangun dengan membuat sendiri dan membeli produk dalam negeri, maka lambat laun negara akan hancur dengan sendirinya.
“Berdikari, percaya kepada kekuatan sendiri, tidak mengemis-ngemis,” kata Sukarno dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967, karya Mangil Matowidjojo.
Gaung berdikari perlahan meredup setelah kekuasaan Sukarno berakhir pada 12 Maret 1967 sebagai dampak dari kondisi inflasi dan perekonomian Indonesia yang terpuruk. Kondisi diperburuk oleh peristiwa Gerakan 30 September yang membuat kondisi politik Indonesia kacau balau.
Era Soeharto
Era Orde Baru yang dipimpin Suharto kemudian menggantikan Orde Lama. Semangat untuk mengajak masyarakat membuatn dan membeli barang produksi dalam negeri kembali muncul pada 1985.
Pada 1 sampai 31 Agustus 1985 pemerintah masa Orde Baru menggelar pameran bertajuk Pameran Produksi Indonesia (Indonesia Expo/PPI 1985) di kawasan Taman Monas dan Pekan Raya Jakarta (PRJ). Saat itu arena PRJ masih bertempat di Monas.
Pameran itu digelar bertepatan dengan peringatan 40 tahun kemerdekaan Indonesia. Dikutip dari Kompas edisi 19 April 1985, Gubernur DKI Jakarta saat itu, Soeprapto, dan Menteri Perindustrian Hartarto Sastrosoenarto (ayah dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto) mengatakan, PPI 1985 bertujuan membangkitkan kesadaran, kecintaan semangat, serta kebanggaan rakyat Indonesia dalam menggunakan produksi bangsa sendiri.
Selain itu, PPI 1985 menjadi ajang promosi barang-barang buatan dalam negeri dan mendidik generasi muda serta meningkatkan jiwa kewiraswastaan dan kecintaan terhadap tanah air. Suharto yang langsung membuka pameran itu.
Lima tahun kemudian, pemerintah Orde Baru kembali menggelar pameran serupa yakni PPI 1990. Pameran itu digelar pada 15 Agustus sampai 15 September 1990. Tujuannya pun masih tetap sama, yakni membangkitkan kesadaran dan kecintaan masyarakat dalam menggunakan barang produksi bangsa sendiri.
Rezim Orde Baru tumbang pada Mei 1998 dan Suharto menyatakan berhenti dari jabatannya setelah gelombang aksi unjuk rasa. Di era reformasi, gerakan cinta produk dalam negeri kembali dimunculkan.
Era Megawati
Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2003 kembali menggelar PPI yang bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-95. Kegiatan itu digelar di arena Pekan Raya Jakarta di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Ketika Indonesia sudah memasuki tahun keenam krisis ekonomi. Menurut Menteri Komunikasi dan Informasi Syamsul Muarif, meski dalam kondisi krisis ternyata apresiasi masyarakat terhadap barang-barang produksi dalam negeri belum nampak.
“Di negara-negara tetangga, kecintaan pada produk dalam negeri merupakan suatu keniscayaan dalam proses penguatan perekonomian mereka,” kata Syamsul seperti dikutip dari Kompas edisi 20 Mei 2003.
Era SBY
Gerakan mencintai produk Indonesia kembali muncul pada 2009 di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden SBY meresmikan kampanye cinta barang buatan dalam negeri bertajuk “100% Cinta Indonesia” beserta logo bersamaan dengan pameran kerajinan Inacraft yang digelar di Jakarta Convention Center, 22 April 2009.
Era Jokowi
Presiden Joko Widodo turut menggencarkan kampanye untuk membeli barang buatan dalam negeri melalui program Bangga Buatan Indonesia (BBI). Program itu diluncurkan pada 14 Mei 2020, di tengah pandemi Covid-19. Tujuannya pun masih sama yakni kampanye nasional untuk mempromosikan produk-produk Indonesia. Pencanangan kampanye itu juga didukung dengan logo baru.
Discussion about this post