Generasi Z menjadi generasi yang paling banyak diperbincangkan saat ini, baik di ruang publik maupun di media sosial. Dikarenakan jauhnya perbedaan prilaku, sulit memahami generasi itu dan keunikannya dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.
Pada Mei 2013, Majalah TIME dalam salah satu terbitannya mengulas secara khusus prilaku generasi tersebut dengan tajuk “The ME! ME! ME! Generation”, yang menyindir prilaku narsistik mereka yang dianggap “pemalas”, namun selalu ingin diperlakukan serta dinomorsatukan.
Prilaku narsistik mereka hampir tiga kali lebih besar dibanding generasi sebelumnya. Kepercayaan diri yang berlebihan dan egoisme yang sangat tinggi membuat generasi Z dijuluki generasi Me! Me! Me!. Namun, dibalik itu semua, ada kelebihan generasi ini: mereka baik hati, berpikir positif, dan dapat menerima segala perbedaan. Positivisme dan toleransi mereka kelak dipercaya dapat menjadi kekuatan besar untuk membawa perubahan yang positif.
Dikonsepkan oleh strategis politik, Strauss dan Howe, dalam beberapa buku bahwa generasi Z lahir sebelum terjadi kekacauan dan krisis global. Generasi itu memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan memandang teknologi sebagai kekuatan untuk kebaikan, namun dibesarkan selama pada masa meningkatnya perlindungan pada “the innocence of youth.”
Lebih jauh lagi, individu yang lahir pada saat pengembangan teknologi seperti GPS dan Game. Mereka adalah generasi yang sulit lepas dari gadget, belajar apapun dari google, rekomendasi dari peer dinilai penting, generasi visual dan video, dan lebih senang konten yang diproduksi sendiri atau konten amatir dibandingkan konten yang disajikan oleh rumah produksi profesional.
Generasi yang lebih tua yang ingin berurusan dengan generasi Z sebaiknya memahaminya dengan humor, karena humor adalah salah satu teknik berkomunikasi yang ampuh untuk mendekati mereka. Selain itu, menurut Corey Padveen, generasi itu memang generasi yang senang tertawa. Walaupun demikian, tidak semua formula humor dapat digunakan. Seperti layaknya sebuah cara berkomunikasi, humor akan sangat bergantung pada cara mentransmisikannya. Ketika komunikator dan komunikan berada di area pemikiran yang sama, maka proses transmisi humor akan berlangung dengan baik.
Namun, menurut Marla Tabaka, generasi Z tumbuh berkembang dengan teknologi baru yang mengglobal, yang tanpa diragukan lagi akan menciptakan budaya yang berbeda dibanding generasi sebelumnya. Salah satu aspek penting dari budaya tersebut yang banyak dipengaruhi oleh teknologi dan media sosial adalah humor. Apa yang dianggap lucu oleh mereka, jujur saja akan membuat kita semua bingung.
Hal lain yang dapat diabaikan dari generasi Z, selain cara mentransmisikan humor adalah bentuk transmisinya. Bentuk penyampaian humor yang tepat bagi mereka tentu telah berubah dibanding generasi sebelumnya. Menurut Padveen, dengan melimpahnya tren di media baru membuat mereka memilih cara mereka sendiri untuk mengikuti tren atau arus yang utama. Tren tersebut mencakup meme, GIF, dan Video.
Discussion about this post