Ketika biasanya kita khawatir dengan kenaikan harga barang, kini fenomena unik terjadi: harga-harga justru menurun drastis! Deflasi tiba-tiba menjadi buah bibir. Bukan karena murahnya harga yang diidam-idamkan, tapi karena efeknya yang memperlambat laju ekonomi. Penurunan harga barang menyebabkan para pedagang menjerit, daya beli masyarakat menurun, dan perusahaan bergegas mengurangi produksi.
Namun, tak perlu khawatir! Para menteri kita tampak tenang, mungkin mereka punya “resep rahasia” mengatasi kondisi ini. Atau, mereka sudah terbiasa melihat rakyat berjuang sendiri? “Sabar dan tenang,” ujar mereka. Toh, ekonomi kita memang selalu punya cara tersendiri untuk membuat kita kebal. Bagaimana tidak? Sudah terbiasa menahan gejolak kenaikan harga, sekarang harus menghadapi situasi di mana harga turun pun menambah beban pikiran.
Jadi, haruskah kita bersyukur saat harga barang turun? Atau malah khawatir dengan dampak yang menyertainya? Rakyat yang sudah pusing dengan berbagai macam kebijakan tentu bingung melihat pemerintah yang justru tenang-tenang saja. Ketika harga beras turun tapi produksi padi tak laku, apakah ini benar yang disebut “deflasi yang sehat”? Yang jelas, kita hanya bisa menunggu jawaban dari para ahli ekonomi – dan tentunya tetap siaga sambil minum kopi di warung, karena setidaknya obrolan jadi lebih panjang dan hangat.
Discussion about this post