Gus Dur, atau Abdurrahman Wahid, memang dikenal sebagai sosok yang humoris dan cerdas. Ceramahnya selalu dibumbui dengan cerita lucu yang mengundang tawa jamaah. Salah satu kisah yang sering diceritakan adalah tentang seorang pria Arab penjual minyak wangi yang diminta menjadi khatib sholat Jumat. Cerita ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyimpan pesan moral yang dalam.
Dalam sebuah perjalanan ceramah keliling, Gus Dur mengisahkan pertemuannya dengan seorang pria Arab yang bekerja sebagai penjual minyak wangi. Berkat wajah Arab-nya yang khas, pria tersebut diminta menjadi khatib sholat Jumat. Merasa tersanjung, si pria pun menerima tawaran tersebut meskipun sebenarnya dia tidak terlalu mahir berbahasa Arab secara fasih.
Saat hari Jumat tiba, pria Arab tersebut naik mimbar dan mulai memberikan khotbah. Namun, alih-alih memberikan ceramah yang khusyuk dan penuh makna, dia malah berbicara sembarangan dalam bahasa Arab yang kacau balau. Dia berpikir bahwa para jamaah tidak akan mengerti dan semuanya akan berjalan lancar.
Kemunculan Santri Tengil
Di tengah khotbah, tiba-tiba seorang santri remaja bangkit dari duduknya. Pria Arab itu merasa was-was, mengira bahwa santri tersebut akan memprotes ketidakmampuannya dalam berbahasa Arab. Dengan cepat, si pria Arab mencoba meredakan situasi dengan berkata dalam bahasa Arab yang asal-asalan, “Li khomsuun. Ana tsalasun, anta isyruun,” yang berarti, “Gampang, tenang saja kamu dapat pembagian honornya.”
Si santri yang sebenarnya paham bahasa Arab, ternyata hanya iseng dan ingin menguji keberanian khatib dadakan itu. Dengan santai, santri itu menjawab, “Rodliyallaahu anhu,” yang maksudnya, “Oke deh.”
Gus Dur dan Pesan Moral
Gus Dur meneruskan ceritanya dengan penuh hikmah, “Gimana kalau sudah begini, batal semua kan (khotbahnya).” Jamaah pun tertawa riang mendengar cerita Gus Dur. Cerita ini bukan hanya mengundang tawa, tetapi juga memberikan pelajaran penting.
Gus Dur kemudian memberikan alasan kenapa beliau selalu berusaha lucu dalam setiap ceramah kelilingnya. “Mengapa sih harus lucu? Ya biar orang-orang nggak lari,” kata Gus Dur. Dan benar saja, tawa jamaah pun meledak lagi.
Di akhir ceramahnya, Gus Dur mengingatkan bahwa tidak semua yang berasal dari Arab patut ditiru. “Hanya teladan sunnah Rasulullah yang sebaiknya menjadi pedoman hidup setiap umat Muslim,” ujar Gus Dur penuh bijak. Dengan cerita humorisnya, Gus Dur berhasil menyampaikan pesan penting tentang keikhlasan, keteladanan, dan pentingnya memahami isi dan makna agama, bukan hanya simbol dan tampilannya saja.
Cerita ini menunjukkan betapa cerdasnya Gus Dur dalam menyampaikan pesan moral dengan cara yang menghibur, sehingga pesan tersebut dapat diterima dengan mudah dan diingat oleh jamaahnya.
Discussion about this post