Kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras premium dan medium berimbas pada bakol beras (pedagang beras) eceran. Sebab, bagi bakol harga beras yang belakangan terus mengalami kenaikan membuat mereka harus menambah belanja modal.
Hal tersebut, dianggap para oleh para bakol menyusutkan keuntungannya. Para bakol memilih menjaga daya beli konsumen dengan mempertahankan Harga jual beras eceran.
Namun konsekuensinya, ada kualitas yang sedikit menurun jika dibandingkan dengan sebelumnya.
“Kenaikan Harga ya mempengaruhi pembeli, saat belanja dengan Harga eceran misalnya sepuluh ribu, sekarang ini kan tiba-tiba melonjak ya kita sebagai pedagang harus muter otak. Gmna cara harga sepuluh ribu tanpa merugikan konsumen. Ya kita banyak modal justru keuntungan makin nipis.” ujar Lek Darmi bakol beras pasar pahing kepada bolongopi.com pada Minggu (09/06/2024).
Lek Darmi berharap, pemerintah bisa lebih bijak dalam urusan harga.
“Ya kita harus sabar, saya berharap pemerintah bisa memperbaiki harga.” kata Lek Darmi.
Selain itu, mbak Ida pemilik toko beras di Bojonegoro mengungkapkan jika pembelinya rata-rata kelas ekonomi kebawah sehingga beras yang dijual adalah beras murah.
“Kalau di toko saya mereka beli beras murah, karena bagi mereka yang penting makan aja sih.” ujar mbak Ida.
“Dulu harga sepeuluh ribu sudah dapat beras dengan kualitas lumayan sih, kalua sekarang ya mau gmna lagi.” tambah mbak Ida.
Sebelumnya, Pemerintah mengatur HET beras berdasarkan wilayah. Untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan, HET beras medium Rp 12.500 per kilogram (kg) (dari sebelumnya Rp10.900/kg) dan HET beras premium Rp 14.900 per kg (dari sebelumnya Rp13.900/kg). Wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung, HET beras medium Rp 13.100 per kg (dari sebelumnya Rp11.500/kg) dan HET beras premium Rp 15.400 per kg (dari sebelumnya Rp14.400/kg).
Discussion about this post