Bojonegoro – Menjadi suami orang Kediri adalah sebuah pilihan yang memaksa saya untuk cepat beradaptasi, baik soal budaya maupun hal lainnya. Sudah dua tahun saya menikah dengan gadis cantik Kediri yang terkenal dengan Simpang Lima Gumul dan Kampung Inggrisnya ini.
Akan tetapi di balik terkenalnya Kediri, ada beberapa hal yang membuat saya terheran-heran saat menginjakkan kaki di sini hingga sekarang. Teruntuk orang Bojonegoro yang hendak menikah dengan orang Kediri, ada beberapa hal yang mesti kalian pahami agar mudah beradaptasi dengan lingkungan di sini.
Bahasa orang Bojonegoro sulit dimengerti di Kediri
Meski secara geografis Bojonegoro dan Kediri berada dalam satu wilayah provinsi Jawa Timur, bahasa yang digunakan kedua daerah ini terbilang jauh berbeda. Yang paling menonjol adalah imbuhan -em dan -nem pada kata yang menunjukkan kepemilikan dan berakhiran huruf vokal. Misalnya bukumu menjadi bukunem, rumangsamu menjadi santinem, dll.
Tak jarang istri saya di Kediri terheran-heran dan mengira bahwa imbuhan -em dan -nem sebagai kependekan dari angka enem (enam). Hal ini terjadi saat saya hendak meminjam sandal dari istri saya menggunakan bahasa imbuhan tersebut. Istri saya bertanya pada saya,
“Sandal opo wae? Sandal sakmono akeh e gae opo?”
Selain imbuhan -em dan -nem, kata “ngamuk” juga ternyata memiliki perbedaan makna ketika diucapkan di Kediri. Di Bojonegoro, “ngamuk” berarti terserah, sementara di Kediri artinya marah. Kata ini sempat menimbulkan salah paham saat saya berkomunikasi dengan orang Kediri.
Jadi ceritanya waktu itu teman saya hendak memesankan minuman di warung kopi langganan kami. “Mau pesan apa?” tanyanya. “Ngamuk nggak popo,” jawab saya. Teman saya yang mendengar jawaban saya lalu terdiam dan berkata, “Sopo to Na seng ape ngamuk? Aku takon mau pesan apa, kok ngamuk piye to?” Wkwkwk.
Jadi saran saya, buat orang Bojonegoro yang hendak berkunjung atau merantau ke Kediri, pelajarilah bahasa di sini terlebih dulu. Karena bahasa yang digunakan di sini dan yang biasa digunakan di Bojonegoro bisa berbeda. Daripada nantinya terjadi salah paham yang dapat menimbulkan pertikaian, kan?
Discussion about this post