Setiap hari saya melihat nongkrong 4 sampai 5 pemuda di warung kopi deket rumah. Awalnya saya tidak tau apa yang mereka bahas. Terkadang, mereka baru bubar setelah pemilik warung beres-beres mau tutup. Ternyata, mereka sedang judi online atau judi slot, dan orang desa bisa menyebut “ngeslot”.
Ada salah satu pemuda di desa saya, sebut saja X. Suatu kali dia pernah mengaku menang judi slot sampai jutaan. Katanya, modal untuk ngeslot itu cuma beberapa ratus ribu. Dia mulai ngeslot saat bekerja di salah satu perusahaan jasa di dekat tempat tinggalnya. Namun, karena perusahaan tidak memperpanjang kontraknya, ia memilih di rumah bekerja serabutan.
Seminggu di rumah, setiap malam, dia ngeslot. Dan, tidak lama kemudian, x merasakan kekalahan demi kekalahan yang membuatnya harus berhutang kepada kakaknya yang bekerja di luar kota. Celakanya, uang hasil berhutang juga ludes karena judi slot.
Kakaknya yang tahu perbuatan x langsung tidak terima. Dia sempat mengajak x berkelahi. Bahkan sempat mengadu ke Ibunya. Selain judi, x juga kasar kepada ibunya. x sering membentak dan minta uang secara paksa kepada ibunya. Tentu saja untuk main judi slot lagi.
X adalah salah satu generasi muda yang menjadi korban dari bebasnya masyarakat mengakses judi online. Selain x, ada juga orang di desa saya yang hartanya ludes karena judi slot.
Jadi, dia sampai harus menjual rumah senilai Rp120 juta. Padahal, rumah tersebut adalah hasil kerja kerasnya merntau di luar pulau. Kini, tak tersisa sepeser pun di tabungan. Kini, dia bersama keluarganya harus menumpang di rumah almarhum kedua orang tuanya.
Di sini, saya merasa bahwa usaha memblokir situs judi itu tidak berguna. Coba blokir saja payment gateway, mungkin lebih berguna. Itu saja kalau mau. Masalahnya, saat ini, masyarakat sangat mudah mengakses berbagai rupa judi online. Tinggal tunggu waktu saja sampai mental generasi muda rusak karena judi slot dan tak punya masa depan.
Hasil instan berkat judi slot itu sangat menipu. Anak muda jadi malas bekerja keras karena judi “menjanjikan” nikmat sesaat. Sudah begitu nikmat palsu pula. Menang sekali, kalahnya ratusan kali.
Discussion about this post