Setelah sekian lama gak uprek-uprek note buat tulisan nyentil, kini keresahan muncul saat melihat konten-konten dan baliho sak ubrek muncul diserap mata. Beranda medsos terbawa algoritma konten yang itu mempromosikan atau menyentil bakal calon bupati Bojonegoro saat ini.
Bayangkan saja, sekali klik buka aplikasi, langsung saja muncul Wanur lah, Teguh ning Ati lah, lemparan dalam, markonah hingga batehe sadiran, brus nggedabrus… Tak hanya itu, kanan kiri jalan yang dulunya banyak ditempeli promosi pupuk dan bibit jagung, kini terdominasi gambar wanur dan teguh hidayati. Bannere gedhe pol sisan..
Hal tersebut tak menyalahi aturan, bahkan dianggap bagus untuk gegap gempita pesta rakyat di pemilu kada Bojonegoro. Tapi dewasa ini masyarakat sebagian masih stagnan tak ada yang berubah kecuali mereka bakol banner seng laris manis.
Beberapa konten yang menyajikan kepedulian dan rasa simpati kepada masyarakat juga tersaji. Seperti contoh pemberian air dalam tangka di wilayah yang kekeringan. Itu bagus, dan ga meresahkan.
Yang jadi meresahkan adalah nyenthil2nya beberapa akun paslon satu ke paslon lain, ini apa ada kordinator yang mengontrol atau memang sesuai Nurani pembuat konten sendiri? masih tanda tanya tentunya. Namun, itu pun patut diapresiasi karena tidak mengandung unsur hoax dan bisa dipertanggungjawabkan.
Hal yang bagi penulis kurang menarik dari Pilkada Bojonegoro yakni masing-masing Paslon belum menyajikan ide kerja yang realistis. Mereka lebih banyak mengedepankan pendekatan politik ke tokoh-tokoh yang dirasa penting dan membawa suara bagi masing-masing calon. Hingga akhirnya, kebutuhan mendasar dari masyarakat Bojonegoro belum semua terserap aspirasinya.
Seperti halnya begini, tidak semua tokoh penting bisa mewakili keresahan banyak masyarakat. Mereka tentu memiliki kepentingan pribadi atau keluarga bahkan Lembaga untuk di sejahterakan. Bukan begitu bolo?
Discussion about this post